Tuesday, May 31, 2016

Tugas 3 Psikoterapi

     A.    Terapi Rasional Emotif ( Rational Emotive Therapy)
1.      Pengertian Rational Emotive Therapy
Menurut Gerald Corey terapi rasional emotif adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.

Selain itu menurut W.S. Winkel terapi rasional emotif adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
2.    Konsep dasar terapi rasional emotif
Konsep-konsep dasar terapi rasional emotif ini mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-C, yaitu:
A   = Activating Experence (pengalaman aktif) Ialah suatu keadaan, fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
B   = Belief System (Cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan penghayatan individu terhadap A.
C   = Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi  ndividu positif atau negative.

Menurut pandangan Ellis, A (pengalaman aktif) tidak langsung menyebabkan timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B (belief system). Hubungan dan teori A-B-C yang didasari tentang teori rasional emotif dari Ellis dapat digambarkan sebagai berikut:
A--------C 
Keterangan:
--- : Pengaruh tidak langsung
 B : Pengaruh langsung
Teori A-B-C tersebut, sasaran utama yang harus diubah adalah aspek B (Belief Sistem) yaitu bagaimana caranya seseorang itu memandang atau menghayati sesuatu yang irasional, sedangkan konselor harus berperan sebagai pendidik, pengarah, mempengaruhi, sehingga dapat mengubah pola pikir klien yang  irasional atau keliru menjadi pola pikir yang rasional.

3.      Ciri-Ciri Rational Emotive Therapy
Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam  mengatasi masalah yang dihadapi, artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.
b.      Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien. 
c.       Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
d.      Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien

4.      Tujuan Rational Emotive Therapy
Tujuan dari terapi ini adalah sebagai berikut :
·         Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan klien yang irrasional menjadi rasional.
·         Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri (benci, takut, rasa bersalah, cemas, dll).
·         Melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan rasa percaya diri.

5.      Teknik – teknik Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.  Teknik-teknik Rational Emotive Behavior Therapy sebagai berikut :
a.       Teknik-Teknik Kognitif
Adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien, ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif:
1)      Tahap Pengajaran
Dalam RET, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidak logikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
2)      Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Dan Konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
3)      Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.
4)      Tahap Pemberian Tugas
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka  merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
b.      Teknik-Teknik  Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1)      Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
2)      Teknik Self Modelling
Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
3)      Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.
c.       Teknik-Teknik Behaviouristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1)      Teknik reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.
2)      Teknik social modeling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan maslah tertentu yang telah disiapkan konselor.
3)      Teknik live models 
Teknik live models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang  digunakan untuk menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapanpercakapan sosial, interaksi dengan memecahkan maslah-masalah.
Peneliti menggunakan teknik kognitif dalam melaksanakan Rational Emotive Therapy (RET) sebab sesuai dengan permasalahan klien yaitu kurangnya rasa percaya diri. 


   B.   Terapi Perilaku ( Behaviour Therapy )
1.      Pengertian terapi perilaku
      Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigm belajar yang ditatpkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana terapi didasarkan.
      Terapi perilaku adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menaggapi situasi dan masalah dengan cara lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.
2.      Konsep dasar terapi perilaku
      Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkap hokum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negative yang sama. Terapi perilaku tidak berlandaskan sekumpulan konsep yang sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan dengan baik. Pada dasarnya, terapi perilaku diarahkan pada tujuam-tujuan memperoleh perilaku baru, penghapusan perilaku yang maladaptive, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.
3.      Tujuan Terapi Perilaku
ü  Mengubah perilaku yang tidak sesuai pada klien
ü  Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien.
ü  Mencegah munculnya masalah di kemudian hari.
ü  Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
ü  Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.
4.      Teknik – teknik terapi perilaku
Untuk mencapai tujuan dalam proses konseling diperlukan teknik-teknik yang digunakan. Untuk pengubahan perilaku ada sejumlah teknik yang dapat dilakukan dalam terapi perilaku yaitu :
a.       Disensitisasi sistematis
Merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negative biasanya berupa kecemasan dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang berangsur dan santai
b.      Terapi Implosif
Dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan
c.       Latihan Asertif
Digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar
d.      Pengkondisian Aversi
Digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebjut terhambat kemunculannya
e.       Pembentukan Perilaku Model
Digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio, model fisik atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh
f.       Kontrak Perilaku
Adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif dipentingkan daripada memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil



C.  
Terapi Kelompok (group therapy)
Pada tahun 1910 Jacob Mareno (Psikiater Austria) menggunakan teknik teater untuk mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa problemnya pada setting kelompok, psikodrama (terapi kelompok).
Harleigh B. Trecker mengatakan bahwa terapi kelompok merupakan suatu metode khusus yang memberikan kesempatan kepada individu-individu  dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi serta pendidikan. Karena banyaknya pasien yang datang pada terapis, maka terapis menggunakan perawatan dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dalam situasi kelompok itu sendiri menampilkan faktor-faktor yang baru yang oleh beberapa terapis menganggap suatu kelebihan terhadap terapi individual.
1.      Bentuk – bentuk terapi kelompok
a.       Kelompok Eksplorasi Interpersonal: Tujuan adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung, oleh karena itu dapat meningkatkan harga diri. Tipe ini yang paling umum dilakukan.
b.      Kelompok Bimbingan Inspirasi: Kelompok yang sangat terstruktur kohesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar (missal, Alcoholic Anonymus). Anggota kelompok dipilih seringkali karena mereka “mempunyai problem yang sama”
c.       Terapi Berorientasi Psikoanalitik: Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.

2.      Teknik-teknik terapi kelompok
a.       Psychodrama Techniques
Pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuannya adalah membantu seorang pasien atau sekelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan. Melalui cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah, dan kesedihan.
b.       T-Group Techniques
Salah satu kontribusi utama dari Training (T) kelompok untuk para klien adalah memahami proses pengambilan keputusan mereka sendiri. Kelompok diminta untuk berdiskusi mengenai pengalaman mereka, mengeksplorasi pola kepemimpinan, resolusi konflik, dan proses pengambilan keputusan.
c.       Encounter Techniques
Bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada cara bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam suatu situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara terus-terang. Hanya ditujukan kepada orang yang menyesuaikan diri dengan baik, berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan-kebutuhan dan peresaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka berhubungan dengan orang lain.
d.      Behavioral Techniques
Banyak teknik behavior seperti modelling, pelatihan keterampilan, memecahkan masalah dan relaksasi juga digunakan dalam terapi kelompok. Peserta akan mendapatkan ide-ide untuk bagaimana menangani situasi. Situasi dapat dilatih berulang-ulang sampai peserta merasa puas dengan kemampuannya untuk berperilaku asertif.
e.       Dance and Art Therapy
Teknik ini akan mendorong kesadaran tubuh, gerakan kreatif, dan interpersonal empati. Anggota kelompok berpasang-pasangan, kemudian satu orang mengambil peran sebagai pemimpin dan pengikutnya mencoba untuk menjadi bayangan cermin dari pemimpin dan mengikuti bayangan pemimpin semirip mungkin. Mematung adalah teknik terapi seni dimana peserta diminta untuk mematung yang merupakan representasi dari diri mereka sendiri, keluarga mereka, dunia mereka, masalah mereka, dan kemudian menceritakan hasil dengan anggota kelompok lainnya.


Sumber :
Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Gunarsa, S. D. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/isti-yuni.../rational-emotive-therapy.pdf
W. S. Winkel. (1988). Bimbingan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta: PT Grasindo Persada

No comments:

Post a Comment