Wednesday, December 14, 2016

Ini cerita ku, mana ceritamu...

Gue dulu bisa di bilang orang yang paling gapercayaa diri eh tapi engga juga deng. gue itu berani cuma di belakang doang tapi kalo disuruh maju ke depan kelas itu atau ngomong didepan banyak orang gue langsung nyiuttt yang tadinya bawel. Nah gue berpikir gue gabisa kayak gini terus karena nanti didunia kerja gabisa gue kayak gitu terus hingga akhirnya gue memutuskan untuk coba masuk organisasi yang lebih besar lagi ketika gue lulus sma.
Ketika gue udah mulai kuliah gue masih gabisa ngendaliin diri gue ketika maju kedepan pasti langsung gabisa berkata apa apa atau pasti terburu-buru biar cepet kelar tuhh gue berdiiri didepan kelasnya dan buruburu duduk.
Suatu ketika gue mendengar bahwa di perumahan gue itu ada karang taruna. Wahh gue berfikir doang gimana caranya gue biar bisa bergabung dikarang taruna itu biar gue sedikit demi sedikit biar gue bisa ngilangin gapercaya diri gue. Hingga akhirnyaa ada suatu acara pawai obor san disitu gue awalnya cuma ngeliat acara itu doang dan ternyata gue diajak sama ketua karang tarunanya dia bilang ikut gabung aja udah sini. setelah itu guepun ngikutin semua acaranya sampai kelar. Setelah acara selesai kita rapat dulu dan mulai disitulah saya diperkenalkan dengan anggota lainnya.
Setelah sekian lama saya bergabung dikarang taruna tersebut hingga akhirnya gue bisa jadi bendahara karang taruna diperumahan gue itu dan sedikit demi sddikit gue udah mulai berani ngomong didepan orang banyak ya walaupun cuma anggota karang tarunanya aja haha. Disini gue dapet pengalaman yaitu mengkoordinir acara panggung agustusan dan pawai obor untuk anak-anak kecil yang ada di RW gue, disana gue belajar buat sabar untuk menghadapi ibu-ibu dari anak anak yang mengikuti  pawai obor tersebut  yang terkadang suka marah marah  dan tidak sabaran. Disini gue juga tau bagaimanan susahnya mengatur anggota yang susah banget buat diaturnya karena mereka masih pada SMA dan masih labil. haha
Beberapa bulan kemudian..
Gue di ajak temen gue buat gabung di PMI daerah kecamatan rumah gue. Temen gue bilang masuk situ seru, orangorangnya seru dan bisa berbagi pengalaman yang banyak banget tentang bencana, pertolongan pertama dan lain lain. Wahh gue tertarik dong apalagi PMI itu organisasi yg bisa dibilang udah besar banget dan kalo gue masuk situ gue bakal bisa mengembangkan diri gue untuk menambah pengalaman dan menghapus ke tidak percaya dirian gue.
Cerita punya cerita akhirnya gue bergabung jugaa di PMI. Setelah bergabung ternyata PMI yang orang orang tau itu cuma mengurusi tentang darah doang padahal ternyata PMI itu tidak juga mengurusi darah saja karena PMI itu ada 2 unit yaitu PMI unit markas dan PMI unit transfusi darah. Nah kebetulan gue bergabung di PMI unit markasnya sebagai Korps Suka Rela (KSR) atau biasa disebut relawan di PMI.   Di PMI gue dapet pengalaman banyak banget disana dan bertemu dengan orang orang yang hebat yang mengajarkan gue betapa pentingnya memanage suatu acara dengan baik, banyak pelatihan pelatihan yang dilakukan untuk mengembangkan diri seperti bagaimana caranya melakukan pertolongan pertama dengan banyak korban, cara menolong korban di dalam air, melatih fisik jugaa biar kita kuat dan lain-lain.
Selain PMI itu melakukan pertolongan pertama, PMI juga mendistribusikan bantuan berupa barang-barang yg dibutuh kan ketika bencana seperti misalnya ketika ada banjir maka PMI da para relawannya mengirimkan hygiene kit dan barang-barang yang dibutuh kan ketika banjir, membawa perahu untuk evakuasi korban banjir yang masih terjebak didalam rumah, ketika suatu daerah mengalami kekeringan PMI juga ikut serta dalam mengirimkan truk tangki air yang akan didistribusikan pada warga yang mengalami kekeringan.
Tidak hanya itu PMI juga berpartisipasi dengan sekolah sekolah dengan ekstrakulikuler PMR yaitu mengisi materi dan praktik  untuk acara diklat yang dilakukan oleh PMR, mengadakan orientasi untuk anak PMR agar bisa mendapatkan kartu keanggotaan di PMI, PMI juga berpartisipasi dalam acara lomba yang dilakukan PMR disekolah sekolah seperti misalnya menjadi juri dan panitia dalam acara itu. Untuk sekolah SD juga PMI biasanya mengadakan acara seperti promkes atau promosi kesehatan anak SD tersebut bisa belajar bagaimana cuci tangan yang baik, mengetahui berat badan, tinggi badan dan lainnya. PMI juga sering mengadakan pelatihan di PT tentang pertolongan pertama, mengisi seminar, dan melakukan pelayanan kesehatan. PMI juga suka membuat acara besar gabungan untuk anak PMR SMA dan SMP yaitu Jumbara atau jumtek atau lainnya.
Itu hanya beberapa saja yg gue ceritain sisanya masih banyak lagi dehh pokoknya. Gue ga nyesel buat bergabung di PMI ini karena gue juga bisa merasakan kebersamaan dari anggota-anggota lainnya yang membuat kita bisa merasa betah didalam organisasi itu ya walaupun terkadang suka terjadi kesalahpahaman antar anggota tetapi saya tetap enjoy bergabung disana.

Setelah bergabung disana alhamdulillah gue mulai bisa percaya diri walaupun belum sepenuhnya berhasil setidaknya sudah mengurangi lah yaaa hahaa. Hingga akhirnya gue juga bisa diterima sebagai asisten lab di kampus dan bisa memberi materi didepan ade kelas yang gue ajar. Gue ngerasa udah alhamdulillah dam bersyukur banget gue udah bisa melakukan hal itu. Gue berharap juga buat kedepannya gue jadi lebih baik bisa jadi orang yang berguna bagi semua masyarakat yang ada diIndonesia dengan berbagi ilmu tentang apa yang udah gue dapetkan di organisasi yg gue jalani ini. Sehingga gue bisa sukses juga di masa depannya. Amiin yarobbal alamin 😇

Tuesday, November 8, 2016

Contoh kasus Sistem Informasi Psikologi dan solusinya



 Wanita ini menghabiskan 10 jam sehari ditoilet
VIVAnews – Lauren Walsh, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan melakukan aktivitas yang juga dilakukan berulang-ulang.

Kelainan ini membuat Lauren merasa menjadi orang yang tidak normal. Misalnya, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti dikutip dari DailyMirror.

Lauren juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam waktu lama untuk membersihkannya.

"Ini sampai ke titik saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing berlangsung dua jam," ujar Lauren. “Rasanya, ada begitu banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian tubuh saya harus dikontrol.”

Penderitaan ini dialami Lauren sejak didiagnosis mengalami gangguan OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Lauren seperti menyebabkan suara di kepalanya, yang dia sebut 'iblis di bahu'. Kondisi ini seolah meyakinkan dia selalu dalam keadaan kotor. Lauren tahu itu tidak rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya.

Lauren memaparkan bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Waktu itu, ibunya, Linda merasa heran, dengan kebiasaan Lauren. Lauren terus menerus mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah.

Penderitaan Lauren membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah. "Saya selalu merasa tidak normal."

Banyak teman-teman sekolah yang kemudian menjuluki Lauren sebagai orang aneh dan stres. Di usia 10 tahun, Lauren pernah menangis tak terkendali karena dia merasa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Tapi, waktu itu tidak ada kenapa dia merasa bersalah.

Barulah ketika berusia 12 tahun, penderitaan Lauren dikenali penyebabnya. Dia didiagnosis OCD. Saat memasuki remaja, OCD menjadi semakin melumpuhkan mental Lauren.

Kamar tidurnya penuh dengan catatan karena Lauren merasa terdorong untuk terus menulis. "Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang beranggapan OCD adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan kemudian Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak.”

Lauren melanjutkan, "Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya harus berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi sampai hal itu benar.”

Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai setidaknya tiga kali seminggu.

"Di kamar mandi aku menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian tubuh yang berbeda, dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah. Dibutuhkan waktu dua jam setiap kali mandi,” kata Lauren.

Untuk menggunakan toilet, dia harus menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu merobek lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain. Kemudian dia akan merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat dengan cara tertentu sebelum dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia masih harus memutar sampai benar-benar merasa nyaman.

"Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki. Jika tidak, saya harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama berjam-jam."
Kondisi Lauren, mirip seperti yang dialami Sam Hancox, yang akhirnya meninggal akibat kasus serupa. Sam mengalami dehidrasi dan infeksi kulit karena penyakit OCD selama 30 tahun. Penyakit ini membuat Sam selalu mandi sampai 20 jam setiap hari karena, dia takut kuman.

"Kasus itu membuat saya marah, karena bisa saja terjadi pada saya," ujar Lauren yang sangat takut riwayat hidupnya akan berakhir tragis sama seperti Sam. (pet)

Analisis Kasus



Dari contoh kasus diatas dapat dinyatakan bahwa Lauren mengalami Obsesive Compulsive Disorder yang merupakan sejenis gangguan kecemasan, yaitu penyakit yang berpotensi mengganggu serta memerangkap orang dalam siklus pikiran dan perilaku yang berulang. Orang dengan OCD ini terganggu oleh stres, ketakutan atau bayangan yang berulang (obsesi) yang tidak dapat mereka kendalikan. Kecemasan/kegelisahan yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran tersebut mengarahkan mereka pada kebutuhan mendesak untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu (compulsion). Ritual kompulsif ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah pikiran obsesif atau membuat pikiran tersebut hilang.
Lauren mengalami OCD awalnya disesbakan oleh kematian orang yang dicintainya yaitu ayahnya. sehingga sesuatu yang berhubungan dengan ayahnya membuat merasa tidak nyaman sehingga melakukan perilaku OCD.



Penyebab pasti dari OCD belum sepenuhnya dipahami, namun penelitian telah menunjukkan bahwa kombinasi faktor biologis dan lingkungan ikut terlibat.
Faktor biologis: Otak adalah struktur yang sangat kompleks. Otak berisi miliaran sel saraf yang disebut neuron dan harus berkomunikasi serta bekerja sama agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Neuron berkomunikasi melalui sinyal listrik. Mediator khusus, yang disebut dengan neurotransmiter, membantu memindahkan pesan-pesan listrik dari neuron ke neuron. Penelitian telah menemukan hubungan antara rendahnya kadar neurotransmitter , yang disebut serotonin, dengan terjadinya OCD. Selain itu, ada bukti bahwa ketidakseimbangan serotonin dapat diturunkan dari orang tua kepada anak-anak. Hal ini berarti OCD dapat diwariskan.
Daerah-daerah tertentu di otak dapat juga terpengaruh oleh ketidakseimbangan serotonin, yang memicu timbulnya OCD. Masalah ini tampaknya melibatkan jalur otak yang menghubungkan daerah otak yang berfungsi sebagai penilaian dan perencanaan, dengan daerah otak yang menerima pesan untuk gerakan tubuh.
Studi juga telah menemukan hubungan antara infeksi oleh bakteri Streptococcus dengan OCD. Infeksi ini, jika berulang dan tidak diobati, dapat menyebabkan timbulnya OCD dan gangguan lainnya pada anak-anak.

Faktor Lingkungan: Terdapat faktor lingkungan yang dapat memicu OCD pada orang-orang yang memiliki kecenderungan OCD. Faktor lingkungan juga dapat memperburuk gejala dan meliputi:
  • Siksaan
  • Perubahan kondisi kehidupan
  • Penyakit
  • Kematian orang yang dicintai
  • Masalah atau perubahan yang terkait dengan pekerjaan dan sekolah
  • Masalah dalam hubungan percintaan. 

Solusinya


Solusi dari masalah ini adalah segera konsultasi kan kepada psikologi yang memang dapat menyelesaikan masalah ini setelah itu lakukan terapi perilaku atau behavior untuk dapat mengurangi perilaku berulangnya yang membuat tidak nyaman diri sendiri dan orang sekitarnya, perlunya dukungan dari keluarga dan teman-temannya agar dapat membantu dalam proses penyembuhan.

Jika memang anda terlalu sibuk dan tidak sempat untuk langsung menemui seorang psikolog maka anda dapat menggunakan teknologi Informasi  yang membantu dalam upaya pengembangan ilmu dan pemaksimalan dalam aplikasi ilmu Psikologi yaitu dengan menggunakan E-Counseling merupakan salah satu bentuk nyata aplikasi Teknologi Informasi dalam bidang Psikologi. Internet menawarkan suatu proses psikoterapis yang menggunakan suatu media komunikasi yang baru, dimana melalui media tersebut mereka dapat memberikan intervensi psikoterapi itulah yang disebut dengan E-counseling atau e-mail counseling. E-mail conseling merupakan pelayanan intervensi psikologi yang dilakukan melaui Internet, dimana proses terapi terlebih dahulu dilakukan melaui media ini, untuk kemudian menyususn rencana dalam melakukan intervensi psikologi secara face-to-face akan dilakukan. Fungsi dari e-counseling adalah untuk membantu terapis dalam mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kliennya sebelum akhirnya terapis dan klien sepakat untuk bertemu secara langsung untuk melakukan proses terapis selanjutnya. Dalam aplikasinya, psikoterapi online menawarkan tantangan etika baru bagi mereka para terapis yang tertarik untuk menggunakan media ini dalam memberika pelayanan psikologi. 

maka dengan menggunakan layanan E-counseling maka anda  bisa melakukan konsultasi melalui internet terlebih dahulu dengan menceritakan masalah yang sedang dialami dan bagaimana baiknya. setelah anda sudah memberitahukannya lewat layanan ini maka anda tinggal mengatur waktu saja untuk bertemu psikolog secara langsung dan langsung menjalani terapinya.


Sumber :